Sekilas Mengenai Kehidupan Suku Talang Mamak
Sekitar dua minggu yang lalu,
saya menyaksikan sebuah liputan mengenai suku Talang Mamak di Riau yang
disiarkan oleh salah satu stasiun TV swasta Indonesia. Liputan itu diambil
sekitar 1 tahun yang lalu, pada tahun 2011.
Sebuah liputan yang dikemas
dengan apa adanya, namun sangat menggugah hati para pemirsa, khususnya masyarakat
Indonesia. Liputan ini memberikan informasi tentang kehidupan suku Talang
Mamak. Lokasi yang jauh di tengah hutan, membuat seorang reporter wanita di acara
tersebut harus menempuh perjalanan jauh selama berjam-jam, melalui suatu sungai
dengan menggunakan perahu kecil yang bermesin. Langit sudah gelap, dan hujan
pun turun ketika reporter tersebut tiba disana.
Keesokan paginya, kegiatan
masyarakat suku Talang Mamak dimulai. Anak-anak suku Talang Mamak berangkat ke
sekolah untuk mendapatkan hak mereka. Aliran sungai harus mereka lalui, seragam
dan sepatu pun harus rela basah untuk dapat sampai di sekolah yang hanya ada
dua bulan sekali. Yaaa... Mereka hanya bersekolah setiap dua bulan sekali.
Ketika mereka sampai di sekolah, ternyata guru yang mengajar mereka tidak ada.
Dan ini sudah dua kali terjadi. Itu artinya, sudah empat bulan, anak-anak suku
Talang Mamak tidak bersekolah. Akhirnya, reporter tersebut berbaik hati untuk
menjadi guru pengganti untuk mereka. Semua murid dari kelas 1 sampai kelas 6 SD
disatukan dalam satu ruangan. Memang seperti itulah cara mereka bersekolah.
Umur mereka, beraneka ragam, dari 6 tahun sampai ada pula yang sudah berusia 17
tahun.
Di ruang kelas itu yang
sederhana, dengan tembok putih yang sudah kusam, terdapat sebuah papn tulis. Di
atas papan tulis terdapat foto presiden beserta wakilnya dan juga lambang
negara kita Pancasila. Namun, sungguh memilukan apa jawaban mereka saat reporter
tersebut bertanya.
“Ada yang tau kah, gambar siapa
ini??” sambil menunjuk pada foto presiden kita, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Lalu, betapa terkejutnya saya
saat mendengar jawaban mereka. Mereka serentak menjawab, “Tidaaaakkkk....”
Begitu pun dengan reporter
tersebut, yang juga sama terkejutnya. Kemudian, dia menunjuk salah seorang
murid untuk menjawab pertanyaan tersebut, berharap murid ini bisa menjawab
dengan benar. “Coba kamu, gambar siapa
yang di depan ini??”.
Dengan nada polosnya anak itu
menjawab, “Bapak Bupati....”. Reporter
itu hanya bisa terdiam mendengr jawaban anak tersebut.
Akhirnya, reporter tadi mencoba memberikan pertanyaan yang lain,
yang menurutnya lebih mudah, “Siapa yang tau, tempat kalian tinggal sekarang
ini, negara apa??”
Lalu ada satu orang yang menjawab
dengan penuh percaya diri, “Negara Hutan, kakak...”
Sungguh sangat memilukan, bahkan
kepala presiden serta nama negara tempat mereka berdiri sekarang, mereka tidak
tau. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Saya tidak menyangka, para generasi
penerus bangsa ini, masih belum mendapatkan pendidikan yang layak, di umur
bangsa Indonesia yang sudah menginjak 67
tahun.
Bukan hanya itu, di bidang
kesehatn pun mereka tidak mendapatkan fasilitas yang baik. Saya berani
mengatakan dengan tegas hal tersebut, karena memang seperti itu kenyatannya.
Bayangkan saja, berdasarkan info yang disampaikan oleh salah satu masyarakat
suku Talang Mamak, mereka hanya dikunjungi oleh Dinas Kesehatan sebanyak satu
atau dua kali dalam setahun. Tentu Anda bertanya, “Bagaimana bisa mereka
bertahan saat mereka sedang sakit parah??”. Masyarakat di sana banyak yang
menderita penyakit kulit dan juga infeksi saluran pernapasan atau yang lebih
dkenal dengan ISPA. Ini dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat disana akan
kebersihan lingkungannya masih kurang. Ada salah seorang Bapak yang menderita
penakit kulit yang parah di seluruh tubuhnya. Lalu reporter itu bertanya, “Bapak
kenapa tidak ke kota saja untuk berobat??”. “Saya tidak punya uang”, bapak itu
menjawab sambil tersenyum getir.
Sumber : tv.detik.com |
Pendidikan dan kesehatan
merupakan suatu barang mahal bagi sebagian kecil rakyat Indonesia, termasuk
suku Talang Mamak. Padahal, sebagian kecil rakyat Indonesia tersebut juga
merupakan bagian dari negara Indonesia. Di zaman kemerdekaan Indonesia seperti
saat ini, masih saja ada rakyat yang hidupnya terjajah oleh negaranya sendiri.
Kemajuan pembangunan yang terjadi di kota-kota besar selama ini justru telah
menutupi keterbelakangan di sebagian kecil wilayah pedalaman Indonesia. Mereka
yang belum tersentuh oleh pembangunan, belum bisa merasakan kemerdekaan
Indonesia yang seutuhnya. Entah dimana arti dan bukti dari “Keadilan sosial
bagi SELURUH rakyat Indonesia” yang sebenarnya. Mereka memang masyarakat
yang tertinggal, tapi bukan berarti
mereka harus kita tinggalkan.
Comments