TURUN LAPANG PERTAMA : KESAN PERTAMA MEMBUATKU TERPANA...



Sebagai seorang peneliti, kegiatan turun lapang atau kegiatan survey menjadi salah satu kegiatan yang erat kaitannya dengan profesi kami. Ceileh.... Hahaha... Dan, setelah sekitar 8 bulan gw menyelami profesi tersebut, tepat di bulan November tahun lalu, gw mendapat kesempatan itu. Hoho...

Yeaaahhhhhh........

Finally... Gw bisa juga merasakan yang namanya turun lapang... Hahahahaa.... *ketawa gaya pahlawan bertopeng
 Dan ga main-main, pada turun lapang pertama ini, gw langsung dikirim ke pulau seberang, pulau yang dikenal sebagai pulau terbesar di Indonesia. Bisa tebak dimana????

Yeeeessssssss.... Pulau Kalimantan.....
Sadaaaaappppp.......

Klo lu belum pernah ke Kalimantan, apa yang ada di pikiran lu saat lu tau, lu akan pergi ke pedalaman wilayah Kalimantan, dan akan tinggal disana selama beberapa waktu, dan tidak lupa berinteraksi dengan masyarakatnya, yang menurut sebagian orang, mungkin tidak menyenangkan??? Hmmm.... Pasti lu ngerasa khawatir dan sangat was-was. Hahahaa... Hal yang sama yang gw rasakan saat itu. Ini adalah kali pertama gw menginjakkan kaki di Tanah Borneo. Perasaan gw campur aduk, antara khawatir, sedih, namun tetep happy dan excited. Hoho...

Bukan cuma itu, di turun lapang pertama gw ini, gw juga berkesempatan untuk bisa tau gimana rasanya naik pesawat. Hahahaaa.... Yuuuppsss... Ini pertama kalinya gw naik pesawat. Hahahhaaa... Klo lu berpikir gw berbuat norak saat itu... Gw akui... Yaaaa... Gw memang norak saat itu. Pesawat-pesawat itu membuat gw terpana... Besar bangeeettt... Hwkwkwkwkkk Gw bener-bener norak deh... Norak bangeeetttt malah. Sampe-sampe gw bingung gimana caranya pasang sit belt. Padahal, cara pasangnya mirip-mirip kayak pasang sit belt waktu lu mau naik wahana halilintar di Dufan. (Hah..... Memalukan... *tutup muka)
Lu bisa lihat wajah sumringah gw saat gw naik pesawat...

 
Back to topic... Tujuan gw ke Kalimantan saat itu, tepatnya adalah untuk melakukan sebuah survey mengenai kelayakan pembangunan sebuah pusat perkantoran kabupaten baru di Kalimantan Timur, bernama Mahakam Ulu.  Perjalanan untuk sampai ke sana membutuhkan waktu lebih dari 12 jam dengan menempuh perjalanan darat, udara, dan sungai. Lengkaaapppp sudaaahhh...

Perjalanan gw dan temen-temen dimulai dari Bogor menuju Bandara Soekarno-Hatta. Walaupun, saat itu  pesawat yang akan kita tumpangi dijadwalkan akan boarding pada pukul 05.30 WIB, namun karena kita mencoba mengantisipasi kemacetan di ibukota yang ga pernah bisa diprediksi (Gw yakin, lu semua tau tentang hal itu...), maka kita memutuskan untuk berangkat dari Bogor lebih awal, yakni pada pukul 03.30 WIB. Setelah itu, kita akan transit di Bandara Sepinggan, Balikpapan dan kembali melanjutkan perjalanan udara kita, dengan menggunakan pesawat yang lebih kecil menuju ke Melak. Setelah puas dengan perjalanan udara, maka perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat, dimana dari Melak, kita akan menuju ke daerah Tering dengan menggunakan mobil. Di Tering, kita bisa menemukan kapal-kapal penumpang atau speed boat yang selanjutnya akan membawa kita ke lokasi survey dengan menyusuri Sungai Mahakam selama tiga sampai empat jam. Fiuuuhhh...



Selama ini gw cuma tau Sungai Mahakam dari buku-buku geografi atau tipi. Tapi, Guys... Kali ini gw bisa menyusuri Sungai Mahakam secara langsung. Mantaaabbb... Awalnya, gw kira Sungai Mahakam itu mirip-mirip sungai Ciliwung atau sungai-sungai kecil yang biasanya gw lihat. Tapi, pikiran gw salah, Bro... Sungai Mahakam itu lebih cetaaarrr membahana daripada Sungai Ciliwung atau bahkan Sungai Cidepit. Lebar bangeeetttt... Luas bangeeettt... Dan pastinya kedalaman airnya juga lumayan... Hmmm... Gw udah takut aja waktu itu, secaraaaa... gw kagak bisa berenang... Hwaaaa...aaa.... Tapi rasa excited-nya gw mengalahkan rasa takut gw. Saat menyusuri Sungai Mahakam, gw bener-bener ditakjubkan sama pemandangan yang disuguhkannya. Mata gw bener-bener dimanjakan dan sekali lagi dibuat terpana dalam perjalanan kali ini. Bukan cuma itu, kegiatan-kegiatan illegal yang selama ini cuma bisa gw liat di TV atau internet, bisa gw lihat secara langsung saat menyusuri Sungai Mahakam.

Saat di awal-awal perjalanan menyusuri Sungai Mahakam, perahu yang kita tumpangi hampir aja terbalik, Guys... Karena saat itu, pengemudinya lengah, dan ga sadar klo didepan kita itu ada kayu besar yang melintang di jalur perahu kita (mirip cerita di Titanic yaaa??? Hwkwkwkwkkkk...). Tapi, untungnya, pengemudi yang membawa perahu kita itu udah handal banget, sehingga apa yang terjadi di pelem tetanus -ehh, pelem Titanic maksudnya- tidak terjadi pada kita. Hoho... Alhamdulillaah...

Perjalanan menyusuri Sungai Mahakam bener-bener membuka mata gw. Banyak hal-hal kecil yang bikin gw takjub. Dan, banyak juga hal-hal miris yang gw lihat di sepanjang Sungai Mahakam. Mulai dari pemandangannya yang luar biasa, sampai kegiatan masyarakat di pinggir sungai. Bukan cuma itu, banyak juga kegiatan illegal logging (eh, illegal atau ga yaaa???) di sepanjang sungai. Sayangnya, gw kehilangan sebagian file hasil dokumentasi gw. Jadi, klo bisa gw deskripsikan tentang kegiatan yang menurut gw illegal logging itu, yaaaahh... banyak kayu-kayu besar yang disimpan di tepi sungai, dan jumlahnya tersebut tidak sedikit. Illegal logging atau pembalakan liar ini pastinya sangat merugikan negara kita, Guys. Pertama, karena kegiatan illegal logging, hutan kita akan rusak. Kedua, hasil penjualannya tentu tidak akan masuk ke dalam pendapatan negara. Padahal, menurut informasi yang gw dapet, penjualan kayu-kayu tersebut bisa menghasilkan miliaran rupiah... Wuidih... Tapi, bila Pemerintah daerah menyadari, sebenarnya sangat banyak potensi yang bisa digali di sepanjang Sungai Mahakam yang bisa dijadikan sumber pendapatan daerah mereka.
Seperti gambar di bawah ini. Gw sangaaatttt... sangaaattt terpana ketika pertama kali melihat pemandangan ini ketika menyusuri Sungai Mahakam. It"s so beautiful... Kayak di luar negeri loh pemandangannya... Beneeerrraaann deeehhh... Setelah gw tanya-tanya dan mendapatkan informasi, ternyata tempat ini bernama "Batu Dinding". Dan, ternyata bukan cuma gw yang menyadari keindahan dari Batu Dinding, tapi juga masyarakat di Mahakam Ulu. Mereka berencana untuk menjadikan Batu Dinding sebagai salah satu objek wisata di Mahakam Ulu. Menurut gw, itu keputusan yang tepat dan ga muluk-muluk. Potensi di wilayah ini memang besar, Guys... Satu hal lagi yang perlu lu tau, bahwa orang-orang Kalimantan itu, sama halnya seperti masyarakat Indonesia lainnya. Mereka semua ramah. Dan keramahan masyarakat di wilayah ini dapat menjadi aset yang baik dalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

 So, Let;s visit Borneo, Let's visit Mahakam River... and Let's visit Mahakam Ulu...

Comments

Popular posts from this blog

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Krisis Perbankan di Amerika Serikat

Work Study