SURGA DI INDONESIA TIMUR (Part I : Pantai dan Budaya Lokal)


Hello, buddy… How are you?? Hoho…
Long time no talk… Hahahha… Pada kesempatan yang berbahagia ini (halah… kayak pidato aje… :P), gw akan menceritakan kembali tentang pengalaman gw mengunjungi salah satu lokasi di Indonesia. Dan kali ini giliran Indonesia timur. Siap untuk meluncur??? Let’s go, buddy…!!!

Guys, kalian pasti tau salah satu tempat wisata di bagian timur Indonesia yang cukup terkenal dan sering sekali dijadikan sebagai tujuan wisata oleh para turis, baik lokal maupun internasional. Gw yakin kalian udah mulai nebak-nebak nih. Nah, tanggal 20-23 Desember 2013 (sekitar dua tahun yang lalu, udah lama banget ya… xixixixiiii…) gw berhasil menginjakkkan kaki di tempat tersebut. Udah ada yang bisa tebak, dimana???

Tempat ini terkenal dengan wisata baharinya dan juga hasil lautnya yang berupa mutiara. Bahkan, menurut informasi, mutiara merupakan ikon nasional dari wilayah ini. Tuh udah gw kasih clue-nya. For your information, kali ini gw keluar dari Kota Bogor, bukan untuk turun lapang atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan kantor seperti sebelumnya. Tapi, saat ini gw pergi untuk tujuan HOLIDAY…..!!!!! Yeaayyy…
Mutiara Air Laut dan Mutiara Air Tawar

Ini adalah acara family gathering dari kantor gw, dan kebetulan juga salah satu teman di kantor ada yang menikah, dan mendapatkan orang sana. Jadi, kita sekalian deh liburan disana. Hoho… Eh, “sana” tuh dimana yaaa? Makin penasaran kan lu??? :P

Kita berangkat dari Bogor pada siang hari, dan perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat di sore harinya. Saat tiba disana, hari sudah cukup malam, dan kita memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu sebelum menuju hotel. Menu yang kita pilih saat itu adalah masakan khas dari daerah tersebut, yakni Ayam Taliwang. Ulalaalaaa… Pedeesss…pedeesss… gimanaaaa gituuuu…

Ada yang udah tau gw liburan kemana???? ;)
Nah! Tepat! Saat itu gw dan teman-teman memilih PULAU LOMBOK sebagai destinasi liburan kita. Siap menjelajah Lombok lewat cerita-cerita gw, Guys??? Cekidot…

Setelah makan malam dengan menu Ayam Taliwang dan Plecing kangkung khas Lombok (please itu iler-nya di bersihin dulu… :P), gw dan teman-teman langsung menuju hotel di sekitar wilayah Pantai Senggigi, yaitu Jayakarta Hotel. Kami memutuskan untuk beristirahat, berhubung saat itu hari udah semakin malam. Ketika sampai di kamar hotel, gw langsung buka pintu kamar belakang, dan ternyata kamar gw terletak di dekat kolam renang. Tapi, tunggu dulu. Kenapa gw mengenal suara alam yang tak asing buat gw ya? Seperti suara alam favorit gw. Hmm… Tapi gw terlalu lelah untuk menahan mata ini yang udah mulai 5 watt, gw pun memutuskan untuk pergi tidur.


Keesokan harinya setelah solat subuh, gw coba untuk keliling hotel dan mencoba mencari suara alam yang semalem gw denger. Dan, pemirsaaahhhhh… ternyaaaataaaaa… di belakang hotel tempat kita menginap, langsung berbatasan dengan Pantai Senggigi (ga nyampe 100 meter dari kamar gw… waaahhh…). Guys, gw tuh suka banget sama pantai, sama suara ombaknya, sama anginnnya, sama pasirnya, pokoknya suka deh. So, gw ga mau melewatkan momen ini.
Pantai Senggigi

Pantai Senggigi merupakan salah satu pantai yang cukup terkenal di Pulau Lombok. Oleh karena itu, banyak sekali hotel dan penginapan di sekitar Pantai Senggigi, termasuk hotel tempat gw menginap saat itu. Pasir di Pantai Senggigi cenderung berwarna gelap dan termasuk tipe pasir yang sangat halus. Ombaknya pun cenderung tenang dan bersahabat. Sayangnya, karena semalam hujan, pantai dan air laut Pantai Senggigi saat itu cenderung kotor karena banyak sampah yang terbawa hanyut ke tepian pantai. Nah, pesen juga buat kalian nih guys… Buat yang sering banget wisata ke pantai, laut, atau tempat wisata manapun itu, tetap jaga kebersihan yaa… Buanglah sampah pada tempatnya, karena buang sampah sembarangan tuh ga asyiikkk... :P  Dan, gw yakin kalian adalah orang-orang yang asyik.

Langit pagi itu lagi cerah banget. Hanya sayangnya gw kurang beruntung untuk melihat sunrise Pantai Senggigi. Mataharinya lagi malu-malu, guys… Takut kalah cantik sama gw (Dilarang protes… Hahhaha… :P). Tapi setelah beberapa lama, langit berubah warna menjadi warna biru yang cerah dan lembut. Angin pantai membelai dengan lembutnya, ditambah irama ombak yang membuat suasana semakin sempurna di pagi itu. Everyday is a special dayJ So, ga heran klo banyak pasangan-pasangan yang baru menikah yang memilih tempat ini untuk menghabiskan waktu mereka. So romantic… xixiixixixiii…

Setelah di pagi hari gw menikmati keindahan Pantai Senggigi, siang harinya gw dan teman-teman menghadiri undangan pernikahan teman kantor kita. Temen kita yang satu ini mengambil budaya Lombok sebagai tema pernikahannya. So, gw bisa lihat sisi lain dari budaya Indonesia lewat pernikahan temen gw ini, mulai dari baju adat dan hiburannya. Sayangnya, gw ga bisa jelasin mengenai hal tersebut. Foto-fotonya aja yaaa…
Baju Adat di Wilayah Lombok
Salah Satu Bentuk Hiburan yang Ditampilkan di Acara Pernikahan
After that, supir sekaligus guide kita selama di Lombok mengajak kita langsung pergi menunjungi suatu tempat bernama Pura Narmada. Konon katanya disini ada sebuah mata air suci yang bisa bikin seseorang menjadi awet muda dan juga bikin enteng jodoh… hahahahaha… (info penting buat para jones alias jomblo ngenes :P) ahiiiww… Semangaaattt… cuuusss… 

Saat sampai di Pura Narmada, hujan turun cukup deras. Kami langsung diajak ke semacam bangunan mirip gajebo sebagai tempat berteduh sementara. Ternyata, bangunan tersebut adalah suatu tempat dimana raja biasa berdiri untuk memandangi para permaisurinya yang sedang mandi atau bermain air. Cieeee… Dan ini lah pemnadangan yang dapat kita lihat dari sudut tempat tersebut.



Setelah hujan mulai mereda, kami berjalan menuju ke tempat dimana mata air tersebut berada. Ternyata pura ini sangat luas dan tertata dengan baik. Sepanjang perjalanan menuju mata air, pemandangan hijau dari tanaman-tanaman yang ada di sekeliling pura serta gemericik suara air membuat suasana tempat ibadah ini semakin menenangkan. Sesampainya disana, ternyata sudah ada beberapa wisatawan lokal yang juga sedang mengunjungi lokasi mata air suci tersebut. Di luar perkiraan gw, ternyata mata air suci ini ada di dalam sebuah ruangan kecil berbentuk selayaknya sebuah pura. Ruangan yang kecil tersebut membuat kapasitas orang-orang yang ingin melihat secara langsung pun menjadi terbatas. Alhasil, kita harus mengantri untuk masuk ke dalam pura. Setelah wisatawan lain selesai, mereka keluar dari ruangan tersebut dan beberapa diantaranya membawa beberapa jerigen yang berisi mata air suci. Beberapa diantara mereka percaya bahwa mata air tersebut juga tidak hanya dapat membuat awet muda, tetapi juga dapat menyembuhan berbagai macam penyakit. Wallaahu ‘alam...

Tiba giliran kita masuk ke pura tersebut. Di dalamnya ternyata sudah ada Pendeta yang akan memimpin doa bagi para wisatawan yang ingin berdoa serta mengetahui mengenai mata air suci Pura Narmada. Saat itu Pak Pendeta menjelaskan kepada kami mengenai mata air tersebut, serta tata cara dan ritual yang harus dilakukan sebelum mengambil airnya. Selain itu, Pak Pendeta juga tidak lupa untuk mengingatkan kita agar berdoa terlebih dahulu sebelum meminum airnya, sebagaimana umat Hindu biasa melakukannya. Saat itu, gw berkesempatan ada di antrian kedua untuk mengambil mata air tersebut. Gw yang mengenakan jilbab, yang merupakan identitas dari seorang muslimah, mulai melakukan apa yang sudah disampaikan oleh pendeta dan mencoba menerapkan apa yang gw ketahui. Kebetulan, gw pernah baca mengenai cara sembahyang umat Hindu dan mengenai makna serta filosofi dari setiap gerakan dalam tata cara beribadat umat mereka. Sehingga, gw bisa cukup memahami apa yang sebelumnya dijelaskan oleh pendeta. Lalu, gw coba menerapkan apa yang gw ketahui tersebut dan kemudian berdoa pada Allah. And you know what?? Pak Pendeta yang sebelumnya membacakan doa-doa dalam agama Hindu langsung terkejut dan terdiam melihat seorang muslimah berhijab yang berdoa dengan gerakan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh umat Hindu tanpa ragu. Kemudian beliau melanjutkan kembali pembacaan doa tersebut, hanya saja kali ini Pak Pendeta menuntun gw berdoa dengan memohon kepada Allah. Dan begitu fasihnya Pak Pendeta menyebut nama Allah.

Gw tidak bisa mengatakan bahwa apa yang sudah gw lakuka tersebut benar secara Islam. Tapi, temen gw sesama muslim memberitahu gw klo sebenernya apa yang gw lakukan itu tidak diperbolehkan (Waahhh… maafkan pengetahuan agama gw yang masih dangkal ini. Teruslah saling mengingatkan ya, wahai saudaraku, muslimin dan muslimat...). Dan, gw pun ga tau apakah yang dilakukan oleh Pak Pendeta tersebut juga dibenarkan dalam aturan umat Hindu. Terlepas dari semuanya, rasanya begitu menyenangkan saat kita bisa saling bertoleransi antar umat beragama tanpa harus mengkritik satu sama lain. Dan, bukankah itu merupakan suatu hal yang indah?

“Untukmu agamamu, dan untukku lah agamaku” (Al-Kafirun : 6)

Comments

Popular posts from this blog

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Krisis Perbankan di Amerika Serikat

Work Study